PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) pada Tanaman Kedelai

Sabrina Dinda Kharisma Putri (21025010133) 

    Hama serta penyakit tanaman merupakan gangguan biotik yang kerap kali menjadi kendala bagi petani dalam kegiatan budidaya tanaman. Gangguan oleh hama dan penyakit tanaman ini berdampak pada penurunan produksi tanaman atau menyebabkan terjadinya kehilangan hasil di lapangan. Oleh karena itu baik hama ataupun penyakit tanaman ini perlu diperhatikan karena keberadaanya yang dapat merugikan petani. Perlindungan tanaman menjadi salah satu upaya pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) untuk mencegah terjadinya kerugian dalam budidaya.

    Perlindungan secara umum berarti sesuatu yang diberikan untuk melindungi sesuatu atau seseorang yang dianggap tidak kuat terhadap gangguan atau ancaman yang dapat merusak serta merugikan proses hidupnya yang normal. Pengendalian OPT merupakan bagian dari perlindungan tanaman yang penting dilakukan untuk menjaga produktivitas serta mencegah terjadinya kerugian. Terdapat beberapa upaya atau tindakan pengendalian tanaman diantaranya yaitu pengendalian secara fisik, mekanik, budidaya atau kultur teknis, biologi, genetik, dan kimiawi. dewasa ini, banyak petani Indonesia yang lebih mendahulukan pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan pestisida kimia dalam upaya perlindungan tanaman. Bagi beberapa petani, penggunaan pestisida kimia memang sangat menguntungkan karena dapat memberantas OPT dengan mudah, menurunkan populasi OPT secara cepat dan dapat menekan kehilangan hasil karena hama. Walaupun dinilai ampuh membunuh sasaran, pengendalian kimia ini mempunyai efek samping yang berbahaya bagi kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia. Oleh karena itu pengendalian OPT secara kimiawi dianjurkan sebagai alternatif pengendalian yang terakhir.

    Prinsip pengendalian OPT yang telah dikembangkan memiliki arti yaitu menekan jumlah populasi OPT yang menyerang tanaman sampai pada tingkat populasi yang tidak merugikan. Melihat banyaknya petani yang memilih untuk menggunakan pestisida kimia dengan kemungkinan besar dapat membunuh organisme lain yang dianggap tidak merugikan sehingga terjadi ketidak stabilan ekosistem. Selain itu penggunaan pestisida secara terus menerus juga dapat berdampak pada OPT yang akan mengalami resistensi. Oleh karena itu, sebaiknya petani di Indonesia menggunakan metode-metode yang ramah lingkungan seperti konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Petani dapat menerapkan pengendalian lain seperti pengendalian secara biologi atau hayati dengan memanfaatkan musuh alami atau agensia pengendali hayati. Agensi hayati yaitu setiap organisme yang meliputi subspecies, species, varietas, semua jenis protozoa, serangga, bakteri, cendawan, virus serta organisme lain yang dalam tahap perkembanganya dapat digunakan untuk keperluan pengendalian OPT dalam proses budidaya.

    Pengendalian hayati merupakan penggunaan dan pemanfaatan musuh alami dalam mengendalikan hama tanaman. Tentunya pengendalian hayati ini harus dilandasi oleh pengetahuan dasar ekologi terutama teori pengaturan populasi ileh pengendali alami dan keseimbangan dinamis ekosistem (Indiati dan Marwoto, 2017). Beberapa musuh alami yang terdiri dari parasitoid, predator, dan patogen serangga hama merupakan pengendali alami utama hama. Pengendalian hayati pada tanaman kedelai dapat memanfaatkan spesies parasitoid Trichoderma yaitu Trichogrammatoidea bactrae-bactrae yang efektif mengendalikan hama penggerek polong kedelai. Adapun salah satu entomopatogen yang dapat mengendalikan hama ulat grayak pada kedelai yaitu Spodoptera litura Nuclear Polydrosis Virus (SINPV). Selain itu, terdapat juga cendawan entomopatogen yang dapat digunakan sebagai agensi hayati yaitu Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, Lecanicillum lecanii, dan lain-lain (Jaber dan Salem 2014; Araujo dan Hyghes, 2016).

    Selain pengendalian hayati, petani juga dapat melakuakn pengendalian secara mekanik dan fisik. pengendalian mekanik sendiri berarti perlakuan atau tindakan yang bertujuan untuk mematikan atau memindahkan hama secara langsung baik dengan tangan atau dengan bantuan alat. Seperti dalam upaya pengurangan populasi ulat perusan daun kedelai yang dapat dilakukan dengan mengambil kelompok telur atau larva dan pemasangan lampu perangkap yang dapat menurunkan populasi imago ulat perusak daun. Sedangkan unutk pengendalian secara fisik berarti tindakan pengendalian hama yang menggunakan faktor fisik seperti menaikkan dan menurunkan suhu, solariasi tanah, lampu perangkap, serta pengaturan cahaya dan suara. Selanjutnya terdapat juga pengendalian dengan teknik budidaya atau kultur teknis. Metode pengendalian ini dapat dilakuakn melalui sanitasi linggkungan sebelum tanam, pengaturan waktu tanam yang tepat, dan budidaya varitas yang tahan. Adanya beberapa metode pengendalian yang lebih ramah lingkungan tersebut maka penggunaan pestida kimia oleh petani dapat diminimalisir. Dengan begitu, pengendalian secara kimia sebaiknya digunakan bila metode pengendalian yang lain telah tidak efektif untuk menekan populasi hama pada tanaman kedelai.


DAFTAR PUSTAKA

Araujo, J. P. M., and Hughes, D. P. (2016). Diversity of Entomopathogenic Fungi Which Groups Corquered the Insect Body. State University, Universitu Park, PA. United States.

Indiati, S. W., dan Marwoto. (2017). Penerapan Pengendalian Hama Petpadu (PHT) pada Tanaman Kedelai. Jurnal  Buletin Palawija, 15(2), 87-100.

Jaber, L. R., dan Salem, N. M. (2014). Endophytic colonization of squash by the fungal entomopathogen Beauveria bassiana (Ascomycota: Hypocreales) for managing Zucchini Yellow Mosaic Virus (ZYMV) in Cucurbits. Biocontrol Sci Technol, 24, 1096-1109.

Ramdan, E. P., Ningsih, H., Pratama, A. T. R., Triastuti., Junairah, E. J., Bulawan, A., Hasfiah, R. Y., Windriyati, R. D. H. (2022). Perlindungan Tanaman. Yayasan Kita Menulis.

Yohanes dan Lasiana. (2022). Teknik Pengendalian OPT. Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Diakses dari mplk.politanikoe.ac.id.


DESKRIPSI

Nama              : Sabrina Dinda Kharisma Putri

NPM               : 21025010133

Kelas               : C025

Mata Kuliah    : Manajemen Organisme Pengganggu Tanaman


Komentar